Resensi Buku : Surat Putih 2

Resensi Buku : Kumpulan Puisi “Surat Putih 2” 25 Perempuan Penyair

Judul : Surat Putih 2
Penulis : Mathori A Elwa
 Abidah El Khalieqy
 Aning Ayu Kusuma
 Aning Setiyawati
 Akidah Gauzillah
 Asih Ratnawati
 Badai Muth. Siregar
 Chye Retty Isnendes
 Dianing Widya Yudhistira
 Dina Oktaviani
 Fatin Hamama Rijal Syam
 Imas Sobariah
 Inggit Putria Marga
 Ita Dian Novita
 Juwairiyah Mawardy
 Katherina
 Maftuhah Jakfar
 Nur Ida Nurlaela
 Oktrina Widarsi
 Poniyem Bonnie Kertaredja
 Rukmi Wisnu Wardhani
 Shinta Kusumawati
 Tini Sastra Saleh
 Veronica Widyastuti
 Yuliastuti Mandasari
Cetakan : I (Pertama), 2002
Penerbit : Risalah Badai
Tebal Buku : xxii + 74 halaman (65 judul puisi)

Surat Putih 2
Adalah buku kedua dari Surat Putih, penggagasnya adalah Badai Muth. Siregar, seorang penyair. Buku Kumpulan puisi ini berisi 65 judul puisi, hasil karya 25 penyair. Kebanyakan puisi di dalamnya berusaha menyampaikan kegelisahan, gagasan, ide, dan hasrat. Beberapa diantaranya dibalut dengan bahasa yg liar dalam sajak-sajaknya

Aku ingin kawin
Mumpung khayal masih mencipta dingin
Dan duka hinggap di kelamin

Aku ingin seorang anak
Mumpung rahimku masih segar
Dan tubuh kian mekar

Siagalah selalu di ranjang lapuk ini
Sampai darah menggerimisi cinta kita yang liar

Dan ketika terdengar seriosa seorang bayi
Kita harus segera mewarisi orkestra bisu
(yang selama ini menghiasi persetubuhan luka kita)

Lalu mati

(Pengantin Baru, Dina Oktaviani, 9 Agustus 2019)

Juga daya imajinasi para penyair yang melebihi para orang awam, sebagai contoh puisi dari Katherina yang menyiratkan kepedihan rindu, merindu yang tiada. Menunggu yang tiada. Ada rasa rindu, tapi kangen kepada siapa?

SURAT DARI BANDUNG

Menulis kabar di atas luka,
yang belum lagi mengering.
Satu baris kalimat pembuka,
tujuh belas barisan huruf-huruf yang mengabur

Baur bersama sekian tetes air
yang jatuh satu satu

Kepada siapakah surat ini harus ditujukan?
Apakah kelak surat balasan terkirimkan,
sedang bunga angsoka tak pernah menunggu
untuk memberi warna

Segores nama tersuratkan
tanpa salam penutup
karena mata pena kita masih ingin terus menulis

(di sebuah taman seorang gadis menyamarkan tangisnya dalam rinai gerimis.)

Butuh imajinasi yang lebih untuk bisa menghasilkan sajak sajak seperti itu. Dua puisi diatas disipkan dalam kata pengantar dalam rangka merangsang nafsu para pembaca untuk menggilas habis semua sajak yang ada di buku ini.

Puisi pertama dalam buku ini dimulai dengan judul “Telah Kubaca Sejarah” karya Abidah El Khalieqy.Setelah puisi pertama dilanjutkan dengan 64 puisi berikutnya. Puisi-puisi dalam buku ini terdiri dari beragam tema yang menyangkut ketuhanan, luka, cinta, dan banyak hal lainnya.

Kelebihan dari buku kumpulan puisi ini adalah, berisi puisi-puisi dari 25 penyair, dan ke25nya adalah seorang perempuan. Ke25nya dapat membahasakan imajinasinya dengan apik!

Surat Putih 2 hadir bukan untuk mengundang kontroversi. Sebuah usaha kecil bagi ke25 penyair untuk tetap bisa menyambung komunikasi tanpa harus berbasa basi.

Membaca Surat Putih 2 sedikit memberikan kesan bahwa “penderitaan”. sebuah tema abadi bagi penyair, menjadi subjek “menarik”. Mengapa menarik? Penyairnya sendiri yang tahu. Kita hanya menduga-duga, mungkin lebih tepatnya “mereka-reka”.

Buku dipinjam dari
 http://uny.ac.id
http://library.uny.ac.id
https://journal.uny.ac.id 

Komentar

Postingan Populer